saat diri melunjur sambil dihadapkan wajah ke langit tinggi..
terkenang diri betapa indahnya ciptaan bumi pertiwi, milik Ilahi..
sebagai penghibur buat hati yang persis kepenatan mencari rezki..
dianugerahkan sinaran bulan di malam yang sepi..
tiada yang lebih mengerti hati insan, selain dari pemilik al-haq, ar-raheem..
taburan bintang mencoret seribu kata, tanpa perlu bicara..
hembusan angin bayu menyelimuti tubuh di bawah naunganNya..
gerakkan awan pada mulanya seakan-akan tiada lagi upaya untuk beransur..
kian lama kian melitupi cahya pawana sinar..
kian lama kian pekat malam hari..
gelapnya dunia pabila tiada lagi sinar darinya..
terasa kekosongan seketika..
perlukah diri ini berundur kembali bersama teman-teman yang lena merehatkan diri..
tertanya, dan kembali bertanya..
apakah mungkin diri akan mampu menikmati peluang untuk menghayati nikmat sebegini di hari yang kan mendatang ini..
lalu, diketepikan segala keinginan diri..
kembali menghadapkan wajah ke langit..
rembulan yang ditunggu, kembali muncul..
saat itu, diri seakan-akan mengerti..
mengapa Ibrahim pernah terlintas di dalam hati, bulan itu mungkin si Dia, ya Rabbul Alamin..
segala puji bagi Pencipta al-Firdausi.. moga hati ini mampu melangkah ke dalamnya pada hari muka nanti..
cahya bulan umpama cahya hidayah dariNya buat hati ini..
dan..
awanan yang kerap kali berselerakkan di langit, umpama setiap yang bisa menggelapkan mata hati dari melihat alam dunia ini..
seandainya diri leka, sudah pasti tidakkan pernah terlintas, awanan yang tampak indah mencoret potret di angkasa, bisa menggelapkan diri dari mengenal pasti kebatilan bisikkan dunia..
maka, jika dirasakan hembusan angin itu sejuk di malam hari, ataupun panas di kala mentari terik menyinari bumi.. fikir-fikirkanlah kembali..
kepada siapa diri menyerah.. kepada siapa kan diri menyepi
sememangnya insani dihidupkan dalam keadaan kepayahan..
agar mengenang erti kebergantungan pada tuhan..
di kala panas terik, hati seringkali inginkan hembusan angin agar menggerakkan awan menutupi teriknya sinar mentari..
dan di malam hari, kesejukkan kerap kali mengharapkan agar angin bisa menghembus awan, lalu diturunkan hujan, agar dapat kembali pada keselesaan berada di kediaman yang sempurna..
hembusan angin itu umpama ajakkan teman-teman yang kerap bersama, tiap ketika..
pada siang hari, tatkala mentari menyinari bumi, hembusan angin yang menutupi bumi umpama teman yang kerap mengajak diri agar lari dari sinar hidayah dariNya..
berlainan pula pada malam hari..
hembusan angin bayu yang memutarkan awan, melitupi sinaran rembulan dan sinaran bintang, juga mampu diumpakan sebagai sinar petunjuk dari arl-Rahman..
justeru itu, perlu sentiasa bertanya kembali pada diri..
apakah angin yang diinginkan..?
apakah inginkan tuk senang bersama pada angin yang mampu mencerahkan mata hati atau bisa menggelapkan dunia dari al-haq yang pasti..
satu persepsi buat diri..
semoga diteguhkan hati pada permainan duniawi..
agar tsabat menuju redha Ilahi..
-pen off-